again......built character personality of ners

BAGIAN KETIGA :

ANDA DAN KLIEN ANDA

Hubungan antara Ners – Klien adalah unik, unik dilihat secara sifat dari pribadi masing-masing maupun unik manakala keduanya terlibat proses interaksi. Tanpa keterampilan yang terlatih, proses komunikasi seringkali menjadi sulit diantara keduanya pada pertemuan awal mereka karena pada dasarnya mereka adalah orang asing bagi satu sama lainnya. Dampak penyakit akan menurunkan kemampuan dari fungsional klien serta memunculkan respon yang sangat individual yang ditunjukan berbeda oleh setiap klien. Sementara itu di sisi lainnya Ners dituntut harus mampu merespon dengan tepat setiap kebutuhan perawatan klien sambil terus berjuang menekan egonya sendiri. Perbedaan kepentingan di antara keduanya dapat semakin mempertajam rasa etnosentrisme masing-masing. Etnosentrisme adalah individu yang memandang segala sesuatu berdasarkan keyakinan dari dirinya sendiri dan menempatkannya sebagai pusat segala sesuatu itu, sedangkan hal-hal lainnya diukur dan dinilai berdasarkan rujukan dari kelompoknya sendiri. Akhirnya Ners harus mengenal siapa klien, sifat dan kebutuhan dasarnya agar interaksi diantara keduanya dapat terjalin secara harmonis.

Sifat Klien Anda
Seorang tentara muda yang mengalami cedera tulang belakang karena perasutnya tak mengembang saat latihan terjun pada tahun 1993, masih sangat jelas terlihat oleh saya terbaring di tempat tidurnya dengan selang urine dan cairan infus terpasang yang menambah sulitnya ia untuk bergerak. Kelumpuhan telah membuatnya sangat bergantung kepada orang lain. Cedera telah memaksa dia menjadi seseorang yang tidak percaya diri untuk menikah karena kehilangan ”modal biologis”. Melihat Ners melintas di depan tempat tidurnya, beragam pertanyaan mungkin timbul dan dia tujukan pada dirinya sendiri.....Mungkinkah orang lain peduli pada kesulitan saya ? Mungkinkah Ners mau membantu saya untuk meringankan masalah dalam hidup saya ini ?

Klien adalah manusia biasa yang memiliki pemikiran dan keyakinannya sendiri. Semua unsur dan watak manusia ada pada dirinya. Ia menjadikan dirinya sebagai pusat dari kehidupannya sendiri. Ia memusatkan perhatian pada masalah pribadinya, tanggung jawabnya, keluarga, hobinya dan apapun yang membuatnya merasa nyaman. Mempunyai pekerjaan, pasangan, orang terdekat, dan anak tercinta adalah liku-liku kehidupan yang dapat membuatnya semakin bahagia. Klien tak ada bedanya dengan Ners ketika menempatkan kepentingan keluarga untuk selalu menjadi prioritas dalam setiap upaya yang dilakukannya. Kesamaan lainnya adalah keduanya pun memiliki tanggung jawab terhadap keluarga serta mencintai dan dicintai oleh pasangan dan anaknya masing-masing. Harapan manusiawi mereka pun tak jauh berbeda yaitu memimpikan kehidupan yang lebih baik seperti rumah, sandang, dan pangan yang cukup.

Kebutuhan akan pujian, penghargaan dan pengakuan adalah hal lainnya yang menjadi persamaan keinginan di antara Ners dan klien. Pengakuan atas diri kita oleh orang lain membuat kita nyaman karena kita merasa sangat dihargai dan dibutuhkan. Apapun akan rela dikorbankan tanpa perlu berpikir lama jika kita tahu itu dilakukan untuk orang yang kita cintai dengan tujuan agar kehadiran kita dirasakannya. Rasa lelah hilang sekejap ketika dia mengatakan, ”sungguh saya tak dapat hidup tanpamu !” Yang sedang jatuh cinta pasti paham betul apa yang saya maksud. Ners mungkin merasa telah membantu kliennya, namun demikian penghargaan dan pujian tidak akan mungkin didapatkannya jika klien dapat membaca ketidaktulusan bantuan yang diberikan oleh Ners. Ketulusan bantuan anda terhadap klien tak dapat dilakukan dengan berpura-pura karena mereka akan mudah mengenalinya melalui ekpresi wajah anda, cara bicara, cara menyentuh, cara anda mendekatinya bahkan hal kecil yang anda lakukan meski tanpa anda sadari.

Sifat manusiawi dan kebutuhan batiniyah klien seperti uraian di alinea sebelumnya, juga tetap berlaku dalam situasi ketika klien sakit atau dirawat di unit pelayanan kesehatan. Hanya saja sifat tersebut ditambah dengan munculnya kebutuhan baru akibat kemunduran kemampuan fisik oleh sebab penyakit. Kegagalan klien beradaptasi menyebabkan klien kehilangan kemampuan mengontrol dirinya sendiri sehingga klien jatuh dalam perasaan tak berdaya dan tak berguna. Ketergantungan klien pada orang lain membuatnya merasa bersalah karena merasa hanya merepotkan orang lain. Perasaan inilah yang menjadi pembeda besar yang membentuk cara berperilaku di antara klien dan Ners. Sedangkan di lain fihak Ners lebih diuntungkan karena Ners mempunyai kebebasan lebih dalam bersikap dan iapun terbebas dari rasa sakit. Akibat posisi tawar yang kurang kuat itu menyebabkan klien terpaksa hanya bisa pasrah meskipun mendapatkan perlakuan yang menyakitkan dari petugas kesehatan. Anda bisa bayangkan......bagaimana nyamannya perasaan klien jika Ners mampu menjaga harga diri mereka. Atau sebaliknya mungkin lebih mudah membayangkan hancurnya perasaan klien jika anda menunjukan kepada mereka bahwa anda benar-benar merasa terbebani oleh pekerjaan untuk membantu dia.

Klien sangat memahami dengan detail seluk beluk setiap bagian tubuhnya. Sehingga sebaiknya data objektif yang diukur Ners melalui pemeriksaan fisik harus selalu divalidasi dengan keluhan subyektif klien. Klien dengan bahasanya sendiri dapat secara mudah menunjukan dimana lokasi dan memberikan gambaran nyeri yang dialami mereka secara tepat. Klien dapat menjadi sangat marah manakala mengetahui organ tubuhnya diperlakukan tidak senonoh oleh orang lain. Hati kecilnya mungkin menjerit ketika bagian yang sangat personal disentuh Ners meskipun itu dilakukan demi satu prosedur pengobatan. Saya yakin jika memiliki pilihan lain, jelas klien akan menolaknya. Cara Ners menangani tubuh klien dapat memberikan rasa nyaman atau ketidaknyamanan bagi klien, dan ini bukan situasi yang dapat dipilih oleh klien.

Klien mencari bantuan kesehatan dengan membawa kebiasaan-kebiasaannya. Lingkungan, suasana dan orang lain di ruang perawatan rumah sakit memaksanya untuk merubah kebiasaan harian bertahun-tahun yang dia lakukan di rumah. Ia tidak akan mudah menerima Ners yang bersemangat untuk membantunya namun dirasakan sebagai ancaman bagi integritas egonya. Saya atau anda mungkin pernah bersitegang dengan klien atau keluarga, karena membatasi jumlah penunggu orang sakit. Memang menjadi pemandangan lumrah yang mengganggu mata ketika para keluarga menggelar tikar di bawah ranjang, selasar bahkan koridor rumah sakit-rumah sakit negeri milik pemerintah. Sungguh situasi yang ambigu dan sepertinya pendekatan melalui ”transcultural Nursing” dapat dijadikan dasar sebagai alternatif solusi permasalahan tersebut oleh fihak manajemen.

Pada fase awal pertemuan klien dengan tempat layanan kesehatan, biasanya klien tidak mampu mengkomunikasikan kebutuhannya secara verbal. Namun demikian secara non verbal akan terlihat sebagai ekspresi kecemasan yang bisa timbul akibat ketidakpastian masa depan sehubungan dengan terjadinya perubahan status kesehatan. Kebutuhan yang tidak terpenuhi, selanjutnya akan berubah menjadi sebuah stresor yang cukup berat sehingga klien dapat mengalami kebingungan dan depresi. Hanya sedikit Ners yang memiliki kepekaan tinggi yang mampu mengenal dan menanggapi keluhan klien secara dingin dan objektif. Atau mungkin juga sebaliknya klien dapat semakin merasa terabaikan akibat egoisme Ners yang selalu merasa tugas rutinnya sangat mendesak dan harus segera dituntaskan. Para Ners itu menjadi mudah tersinggung karena merasa klien tidak memahami kesulitannya itu. Di sisi lainnya klien juga merasa kurang senang jika Ners dinilainya tidak mau mengerti dan cenderung mengabaikan keluhan klien. Dalam situasi ini tentunya kedua belah fihak harus menentukan sikap dengan berperilaku yang tepat agar dapat menjembatani perbedaan harapan diantara mereka. Akhirnya rasa saling peduli jualah yang akan mampu menjadi alat untuk menjalankan peran dan fungsi profesional Ners.



Semua Terwujud Karena Klien
Seseorang bergabung dengan profesi Ners karena berbagai alasan. Setiap perawat yang baru ”jadi” biasanya berharap gaji besar, karir yang menanjak dan jelas. Sedangkan motivasi mencari kepuasan kerja cenderung dilakukan oleh para Ners yang sudah pernah pindah kerja berkali-kali. Ini dapat menjadi ironis jika harapan besar itu ternyata tidak terwujud dan berakhir dengan kekecewaan. Salah satunya karena tak mungkin bukan sebuah manajemen mampu memenuhi kebutuhan setiap individu karyawannya ? Akhirnya jika harapan tak tercapai, Ners merasa kecewa dan selalu merasa dalam posisi ”korban” sehingga berujung pada munculnya sikap non profesional yaitu tanpa ada perasaan berdosa selalu menelantarkan klien.

Harus anda sadari bahwa klien anda bisa menghancurkan anda sendiri atau sebaliknya dia juga mampu membangun anda. Saya menggambarkannya seperti pengusaha warung makan yang berjajar di sebuah jalan utama kota. Mereka saling bersaing dan bekerja keras mendapatkan calon pembeli. Semua penjual menawarkan ayam bakar ....tetapi mereka yang memiliki ciri khas konsep dan cita rasalah yang berhasil dan mampu bertahan. Selepas turunan tajam di daerah Nagreg Bandung menuju Tasikmalaya, silahkan anda mampir ke Resto Pak Asep Strawberry untuk merasakan sensasi makan di saung eksotik. Rahasia bisnis yang selalu sama mereka katakan adalah tetap jaga kualitas, jaga pelayanan serta jaga hubungan dengan pembeli. Starbuck Coffee mengaplikasikan dengan baik paradigma bisnis mereka dalam bekerja bahwa mereka bukanlah berbisnis kopi yang melayani orang tetapi berbisnis orang yang melayani kopi. Prinsip ”pelayanan” dijadikan pondasi utama bagi pengembangan ribuan gerai kopi tersebut di lebih dari 50 negara. Jika ribuan pelanggan yang puas datang lagi dengan teman-temannya, maka tentunya ini akan memberi keuntungan besar bagi perusahaan. Hukum jual beli ini juga berlaku sama di dunia industri keperawatan.

Kesalahan terbesar yang sering dilakukan kebanyakan orang adalah kita berpikir bahwa kita bekerja untuk orang lain. Faktanya Ners memang bekerja melayani individu yang sakit dan akhirnya mendapat gaji atas apa yang telah dilakukannya. Tetapi jika direnungkan kembali, apa yang anda dapatkan hari ini adalah buah perbuatan yang telah anda lakukan dahulu. Maksudnya jika dulu anda menanam jeruk maka hari ini tidak akan memanen cabai. Anda akan mendapatkan gaji tinggi yang hanya mungkin terjadi jika manajemen rumah sakit memperoleh keuntungan dari membanjirnya pasien atas pelayanan yang telah anda kerjakan. Sebaliknya mungkin anda adalah orang pertama yang dipikirkan pimpinan anda untuk dipecat karena hasil kerja anda yang tidak memuaskan manajemen.
Semua klien ingin memperoleh kepuasan dalam pelayanan dan peran sakit yang sedang mereka jalani. Klien mencari bantuan kesehatan dengan cara membayar menggunakan harta mereka sendiri. Tetapi mereka bukanlah aset rumah sakit dan mereka pun tak bisa dimiliki. Mereka hanya bisa diraih dengan bukti pelayanan terbaik dari rumah sakit, karena mereka akan memilih rumah sakit yang menurut penilaian mereka adalah baik dan berkualitas. Mereka tidak mau rugi dengan membelanjakan uangnya bagi sesuatu yang tidak memberikan kepuasan. Mengabaikan keluhannya akan memberikan pengalaman mendalam yang tidak menyenangkan bagi klien....ujungnya klien tak mau datang lagi ke tempat kita. Jika anda bergaji kecil atau terkena program perampingan oleh manajemen rumah sakit, jangan tersinggung jika saya sebut itu akibat dosa anda terhadap klien anda.